Oleh Mega Moeharyono Puteri, drg., Ph.D., Sp.KGA(K)-AIBK
Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap orang. Secara umum, seseorang dikatakan sehat tidak hanya pada tubuhnya saja tetapi juga pada gigi dan rongga mulutnya. Kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan secara umum. Kesehatan gigi dan mulut anak-anak adalah konsep yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor, yaitu genetik, biologis, perilaku, sosial, dan lingkungan. Kesehatan gigi dan mulut penting untuk mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat saat masa tumbuh kembang anak. Karena asupan gizi melalui makanan dimulai dari pengunyahan di mulut. Rongga mulut yang sehat dapat memfasilitasi konsumsi makanan bergizi dengan benar, mendukung tumbuh kembang dan menjaga kualitas hidup.
Down Syndrome (DS) merupakan suatu kondisi kelainan genetik akibat dari kelainan kromosom 21 yang paling sering menyebabkan disabilitas intelektual. Disabilitas intelektual yang terjadi menyebabkan keterbatasan dalam adopsi perilaku sehingga masalah kesehatan gigi dan mulut tidak dapat dihindari. Kelebihan jumlah kromosom menyebabkan abnormalitas fungsi motorik anak yang menyebabkan berbagai masalah pada rongga mulutnya. Masalah yang dapat muncul di rongga mulut meliputi anomali gigi (jumlah, perkembangan dan erupsi), delayed tooth eruption, geographic tongue, fissured tongue, celah bibir, cheilitis, kandidiasis, mikrodontia, makroglosia, mandibula retrognati, dan lidah protrusif yang mengakibatkan bibir inkompeten dan karies gigi. Keterlambatan perkembangan motorik mengakibatkan anak DS kesulitan dalam menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulutnya, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan prevalensi karies.
Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh interaksi antara karbohidrat makanan, bakteri plak, dan gigi yang berproses seiring waktu. Karies ditandai oleh adanya demineralisasi mineral-mineral email dan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organiknya membentuk kavitas/ lubang pada gigi. Karies dapat berlanjut menjadi infeksi yang lebih parah ditandai dengan rasa sakit, pembengkakan, dan kegoyangan gigi.
Menurut systematic review dan meta-analisis, insiden karies pada populasi DS ditemukan sebesar 49,9%. Berdasarkan penelitian oleh Azhar, (2014) pada SLB di Bandung memberikan hasil bahwa prevalensi karies anak DS usia 6-14 tahun terdapat pada kategori sangat tinggi sebesar 93%, dengan indeks DMF-T pada kategori tinggi sebesar 6,1 serta dinyatakan lebih banyak yang memiliki karies gigi dibandingkan yang tidak memiliki karies gigi.
Manajemen pencegahan karies gigi pada anak DS diperlukan untuk mencegah infeksi kedepannya dan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi upaya preventif tersebut adalah tingkat pengetahuan anak dan orang tua tentang karies gigi dan pencegahannya. Edukasi kepada anak DS dan orang tuanya mengenai “Hidup Sehat Dimulai dari Mulut: Panduan Gigi untuk Anak dengan Down Syndrome dan Keluarganya”menggunakan oral health Cue cards diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak DS. Cue cards merupakan alat yang memuat gambar dan instruksi sederhana tentang panduan menjaga kesehatan gigi, mulai dari kebiasaan menggosok gigi yang benar hingga jenis makanan yang baik dikonsumsi untuk kesehatan gigi. Dirancang untuk memfasilitasi pemahaman anak dengan gangguan perkembangan seperti DS. Dengan menggunakan cue cards, diharapkan anak dapat belajar secara visual dan langsung, mempermudah dan menarik anak untuk memahami konsep menjaga kesehatan gigi dengan lebih baik. Pendekatan ini juga dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dalam proses menjaga kesehatan gigi anak mereka, orang tua dapat membantu dalam mendemonstrasikan dan mempraktikkan kebiasaan perawatan gigi yang baik di rumah. Dengan demikian, metode ini menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan kesehatan gigi dan kualitas hidup anak DS. Cue cards nantinya dilaminasi untuk daya tahan agar lebih awet.
Orang tua anak DS di Indonesia mempunyai perkumpulan dengan nama Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS), yang berdiri sejak 28 Juli 2003. Para sahabat POTADS di daerah membuka cabang dengan nama Pusat Informasi dan Kegiatan POTADS (PIK POTADS), khususnya di Jawa Timur dengan alamat di Tenggilis Mejoyo Surabaya.
Tujuan utama POTADS adalah memberdayakan orang tua anak dengan DS agar selalu bersemangat untuk membantu tumbuh kembang anak spesialnya secara maksimal, sehingga mereka mampu menjadi pribadi yang mandiri, bahkan bisa berprestasi sehingga dapat diterima masyarakat luas. Berdasarkan kondisi tersebut Program Studi Spesialis Kedoktrean Gigi Anak Universitas Airlangga berkomitmen untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anak DS dan orang tuanya terkait “Hidup Sehat Dimulai dari Mulut: Panduan Gigi untuk Anak dengan Down Syndrome dan Keluarganya”sebagai wujud pengadian kepada masyarakat indonesia Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, dari tanggal 22 hingga 26 Juli 2024, di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unair, dengan melibatkan 33 anak Down Syndrome dari komunitas POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome) Surabaya. Acara ini melibatkan pula partisipasi aktif dari mahasiswa PPDGS (Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis) Ilmu Kedokteran Gigi Anak untuk meningkatkan soft skill mereka, seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan bekerja sama dalam tim, guna mempersiapkan mereka menjadi tenaga profesional yang lebih unggul di masa depan.
Kegiatan ini dirancang dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak dengan Down Syndrome, yang cenderung memerlukan perhatian lebih dalam hal perawatan gigi dan mulut. Para orang tua peserta mendapatkan penyuluhan komprehensif yang disampaikan dengan menggunakan cue card, sebuah media panduan praktis yang mudah dipahami dan dirancang khusus untuk membantu orang tua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak mereka. Materi penyuluhan ini mencakup informasi tentang kebiasaan sehari-hari yang dapat membantu mencegah berbagai masalah gigi, seperti karies dan penyakit periodontal, yang sering kali dialami oleh anak-anak dengan Down Syndrome.
Setelah sesi penyuluhan, para orang tua diminta untuk mengisi kuisioner yang dirancang untuk mengevaluasi kebiasaan kesehatan gigi dan mulut anak-anak mereka. Kuisioner ini berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi potensi risiko karies gigi pada anak-anak, serta memberikan gambaran tentang perilaku kesehatan yang perlu ditingkatkan.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan pemeriksaan gigi dan mulut yang dilakukan oleh tim dokter dari Program Studi Spesialis Kedokteran Gigi Anak UNAIR. Pemeriksaan ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut anak-anak, tetapi juga untuk mendeteksi dini masalah yang mungkin timbul, seperti karies atau infeksi rongga mulut. Tim dokter memberikan penanganan khusus sesuai dengan kondisi masing-masing anak, termasuk aplikasi topikal fluoride sebagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya gigi berlubang. Aplikasi fluoride ini merupakan salah satu langkah penting dalam mencegah karies gigi, terutama bagi anak-anak yang memiliki risiko tinggi.
Selain pemeriksaan dan penyuluhan, kegiatan ini juga menjadi ajang bagi para orang tua untuk berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan dalam menghadapi tantangan merawat anak-anak dengan Down Syndrome. Diskusi dan sesi tanya jawab yang diadakan selama kegiatan berlangsung memungkinkan orang tua untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dan solusi praktis atas permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak dengan Down Syndrome, tetapi juga memberikan wawasan berharga bagi para orang tua dalam merawat kesehatan gigi dan mulut anak-anak mereka. Program Studi Spesialis Kedokteran Gigi Anak UNAIR berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi awal dari kerjasama yang berkelanjutan dengan komunitas POTADS, serta dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi kualitas hidup anak-anak dengan Down Syndrome di Surabaya dan sekitarnya.
Melalui kegiatan ini, Program Studi Spesialis Kedokteran Gigi Anak Unair menunjukkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang peduli terhadap kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dengan kebutuhan khusus. Kegiatan ini juga mencerminkan dedikasi para tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan inklusif, sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak dengan Down Syndrome di Indonesia dapat terus ditingkatkan.
Daftar Pustaka
- Koch, Goran, Sven Poulsen, Ivar Espelid, Dorte Haubek. 2017. Pediatric Dentistry A Clinical Approach Third Edition. Wiley Blackwell Publishing.
- Marwah, Nikhil. 2019. Textbook of Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers Medical Publisher.
Tentang penulis
Mega Moeharyono Puteri,drg., Ph.D.,Sp.KGA.Subsp.AIBK(K) adalah staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga dengan jabatan akademik Lektor Kepala dalam Bidang Ilmu Tumbuh Kembang dan Kesehatan Mulut Anak dan Individu Berkebutuhan Khusus. Saat ini beliau juga ikut aktif sebagai Coordinator World Universities Association for Community Development.