Oleh Prof Dr Adioro Soetojo , drg, MS, SpKG(K)
Resin komposit telah diperkenalkan oleh Bowen sekitar tahun enam puluhan dengan nama Bis-GMA. Bahan ini merupakan campuran antara bisfenol A dengan glisidil metakrilat 1. Sejak saat itu perkembangan resin komposit di bidang konsevasi gigi berkembang sangat cepat. Sifat resin komposit ialah suatu cairan yang sangat kental (viskositasnya tinggi), lengket (sticky material) dan dapat mengeras atau berpolimerisasi karena reaksi oksidasi. Warna dari bahan resin komposit dapat dibuat sewarna dengan gigi, oleh karena itu resin ini dapat untuk merestorasi semua karies gigi mulai dari karies klas I hingga klas V (sesuai dengan klasifikasi Black). Bahkan dapat pula digunakan untuk inti pada mahkota pasak, inlay, onlay atau overlay. Kelebihan lain dari resin komposit yaitu pada preparasi gigi untuk mempersiapkan penumpatannya tidak diperlukan pembuangan jaringan yang luas, cukup dibuat bevel pada tepi kavitasnya. Jadi prinsip extention for prevention dari Black sudah tidak diperlukan lagi.
Pada umumnya resin dari Bowen merupakan bahan yang sangat viskous sehingga sulit ketika untuk diaplikasikan kedalam kavitas gigi penderita. Untuk mengatasi hal ini maka umumnya resin Bowen dicampur dengan resin yang viskositas lebih rendah, diantaranya trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA), uretan dimetakrilat (UEDMA). Aplikasi resin komposit pada permukaan enamel gigi memerlukan tindakan etsa asam. Pada tindakan ini bahan hidroksi-apatit enamel akan diikat oleh asam tersebut sehingga menghasilkan porositas di enamel gigi. Selanjutnya ke dalam porositas ini resin akan berpenetrasi dan membentuk suatu penjangkaran atau membentuk resin tag2.
Bermacam bahan asam yang dapat digunakan ialah asam fosfat 37% (sering digunakan di dalam klinik), asam piruvat, asam maleat, asam sitrat dan lain sebagainya. Selain itu tujuan pengolesan asam tersebut yaitu berfungsi sebagai pembasahan (wetting). Bila proses pembasahan ini baik maka resin komposit akan menutupi permukaan enamel dengan baik sehingga luas permukaan resin yang kontak dengan enamel akan semakin luas. Pada sisi lain, bila pembasahan ini baik maka proses energi permukaan juga semakin baik. Artinya kemampuan permukaan enamel untuk menarik molekul komposit sangat tinggi, sehingga resin komposit akan berpenetrasi ke dalm porositas enamel membentuk resin tag. Seperti diketahui Panjang mikro porositas di enamel sekitar 60µm – 100µm dengan diameter rata rata 1-5µm.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada resin komposit maka pada tahun tujuhpuluhan diperkenalkan resin yang dapat diaplikasikan di permukaan dentin. Resin ini bersifat hidrofilik karena dentin merupakan jaringan gigi yang selalu basah karena adanya aliran cairan di dalam tubuli dentin. Resin ini dikenal sebagai bahan dentin bonding. Umumnya bahan dentin bonding berbasis pada larutan HEMA (hidroksietil metakrilat), yaitu resin unfilled dengan viskositas rendah, berat molekul 130, berat jenisnya 1,07. Larutan ini sering digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya pembuatannya yang relatif mudah, dapat bertahan cukup lama karena ditambahkan zat preservatif butylated hydroxy toluene (BHT) 3. Sedangkan pelarut yang biasa dipakai pada HEMA ialah air, alcohol dan aseton. Akan tetapi bahan dentin bonding berpelarut aseton untuk jangka watu yang lama tidak stabil karena aseton mudah menguap sehingga konsentrasinya berubah.
Pada akhir-akhir ini telah dibuat suatu bahan restorasi berbasis resin dengan tehnologi yang luas yaitu polyacid-modified resin composites atau compomer.
Perlekatan antara bahan bonding dengan dentin dapat tercapai karena adanya interaksi kimia antara gugus fungsi amina kolagen dengan gugus gungsi karbonil resin yang selanjutnya membentuk ikatan peptida (COONH). Ikatan ini merupakan ikatan primer kovalen yang kuat, selain itu juga terbentuk interaksi kimia diantara gugus fungsi karboksilat, hidroksil, ikatan hidrogen dan reaksi kompleks dengan kalsium dentin. Perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen juga dapat berupa ikatan mekanis. Dapat dijelaskan disini bahwa ketika bahan bonding berpenetrasi masuk ke dalam rongga-rongga nano interfibriler kemudian bonding selanjutnya mengeras / berpolimerisasi membentuk penjangkaran secara mekanis4.
Perlu diperhatikan bahwa dalam proses perlekatan antara dentin bonding dengan fibril kolagen suasana kelembaban di sekitar kolagen harus dalam keadaan optimal, disebutkan kelembabannya sekitar 60%-70%. Bila suasana di sekitar kolagen terlalu kering maka kolagen akan kolaps sedangkan bila suasananya terlalu basah, berarti banyak air disekitar kolagen maka dentin bonding tidak akan mampu untuk berikatan dengan fibril kolagen 5.
Yang patut diperhatikan saat aplikasi resin komposit ialah sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa. Oleh karena itu pada kavitas profunda hendaknya diberi bahan liner terlebih dahulu, misalnya dari golongan kalsium hidroksida. Secara klinis efek negatif yang timbul setelah aplikasi resin yaitu inflamasi, reaksi alergi bahkan ada yang menyebutkan kalua resin komposit bersifat karsinogenik. Hal ini disebabkan karena adanya monomer sisa, yaitu monomer yang tidak habis bereaksi setelah proses polimerisasi. Juga adanya oksidasi pada resin yang menghasilkan formaldehid (zat yang toksik). Begitu pula adanya kebocoran mikroyang terjadi diantara resin dan permukaan kavitas yang berakibat masuknya kuman-kuman. Rasa nyeri sering terjadi setelah penumpatan resin komposit, hal ini disebabkan resin bersifat hipertonik sehingga dapat meningkatkan tekanan cairan intra tubuler. Peningkatan ini mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada sel-sel saraf Tom’s fiber yang berakibat rasa nyeri 6.
Klasifikasi Resin Komposit7
Tipe resin komposit
- Macrofilled composite resin
- Microfilled composite resin
- Hybrid composite resin
Kemajuan terkini dalam resin komposit
- resin komposit yang dapat mengalir
- resin komposit yang dapat dikondensasi (dapat dikemas).
- giomer
- kompomer
- ormocer (keramik yang dimodifikasi secara organik)
- komposit antibakteri/pelepas ion
- komposit cerdas
- memperluas resin matriks untuk komposit
Bahan Pewarna
Bahan pewarna digunakan dalam resin komposit dengan jumlah prosentase yang sanagat kecil. Kebanyakan bahan pewarna yang dipakai dari jenis logam oksida dan aluminium oksida. Zat ini umumnya dapat menyebabkan komposit menjadi lebih opak.
Penyerap Sinar UV
Zat ini ditambahkan dengan tujuan untuk mencegah diskolorasi resin komposit. Hal ini berarti bahwa bahan tersebut berperan sebagai tabir surya (sunscreen).
Bahan Inisiator
Merupakan bahan yang mengaktifkan proses polimerisasi resin komposit. Pada umumnya berupa suatu foto inisiator yang mengandung kamforokwinon.. Bahan resin ini dipolimerisasikan dengan sinar tampak pada panjang gelombang berkisar antara 410 – 500 nm.
Bahan Inhibitor
Zat ini menghambat pertumbuhan radikal bebas yang secara spontan terjadi saat polimerisasi bahan monomer resin. Zat yang biasa digunakan adalah butylated hydroxy toluen (BHT). Dengan adanya inhibitor maka resin komposit dapat lebih lama disimpan (tidak mudah rusak dalam penyimpanan)
Komposit Anti Bakteri / Komposit Melepaskan Ion 8
Dari penelitian yang telah dilakukan ternyata bahan resin komposit mempunyai kecenderungan sebagai tempat melekatnya plak maupun akumulasi bakteri. Namun untuk mencegah proses melekatnya plak dan bakteri, telah dicoba untuk mencampurkan beberapa bahan ke dalam komposit, diantaranya khlorheksidin, metakriloksi desil piridinium bromida (MDPB) dan Silver.. Meskipun khlorheksidin mempunyai sifat anti bakteri namun bila dicampur dengna resin komposit akan menurunkan daya anti bakterinya. Hal ini disebakan karena pelepasan zat kimia yang menunjukkan sifat toksik, sifat antibakteri yang sementara dan peningkatan jumlah mikro-organisme dan plak pada permukaan gigi. Sedangkan penggunaan MDPB mempunyai keuntungan, misalnya sifat antibakteri yang konstan dan permanen, serta efektif melawan bakteri streptokokus.
Adanya penambahan silver ke dalam komposit menyebabkan ion silver akan merusak struktur bakteri tersebut. Ion silver ini dapat dibuat berupa silikon dioksida atau dibuat menjadi silika gel tipis kemudian lapisan tipis ini menyelubungi permukaan bahan resin komposit.
Resin Komposit Packable 9
Adalah resin dimetakrilat yang mempunyai jumlah volume bahan pengisi yang tinggi sehingga viskositasnya juga meningkat / kental. Hal ini memerlukan suatu bahan lain yaitu resin flowable sebagai intermediate layer. Jumlah bahan pengisi pada resin flowable rendah, sehingga viskositasnya rendah, kemampuan pembasahannya tinggi dan daya alirnya tinggi .
Bila jaringan dentin mengalami kerusakan yang cukup luas maka tidak dapat langsung ditumpat dengan resin komposit, harus diaplikasikan dulu bahan dentin bonding yang bersifat hidrofilik. Self-adhesive flowable merupakan resin komposit flowable yang menggabungkan etsa, primer dan adesif dalam satu kemasan flowable.
Komposit Bulk-Fill 10
Yaitu merupakan perkembangan baru resin komposit yang tersedia dalam bentuk sculptable (padat) dan flowable (cair). Komposit bulk-fill memiliki beberapa kelebihan yakni dapat diaplikasikan sekaligus dalam satu layer dengan ketebalan hingga 4 mm. Disini dikatakan bahwa tingkat penyusutan resin bulk-fill setelah polimerisasi cukup rendah.
Komposit bulk-fill dapat memperoleh adaptasi yang lebih cepat pada tepi yang tinggi, terhadap dinding dan dasar kavitas preparasi.
Suatu penelitan yang dilakukan oleh Dimas et al,11 terhadap kebocooran mikro antara tehnik aplikasi bulk-fill secara oblique incremental dengan cara bulk membuktikan bahwa kebocoran mikro resin bulk-fill dengan cara oblique incremental lebih kecil daripada tehnik bulk. Oleh karena itu sebaiknya sebelum menumpat dengan resin bulk-fill (sekali aplikasi) digunakan resin flowable, karena pembasahannya yang baik sehingga dapat menutup celah-celah di antara resin dan permukaan gigi.
DAFTAR PUSTAKA
- Anusavice,KJ. Phillip’s Science of Dental Materials, 11th Ed, WB Saunders Co, Philadelphia-London-Toronto, 2003, p: 21-395
- Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz R. Fundamentals of Operative Dentistry, 3rd Ed. Quintess Publ.Co, Inc. Chicago, 2006, p: 183-242
- Tay FR and Pashley DH. Aggresiveness of contemporary self-etching systems. Dental Materials 17, 2001, 296-308
- Adioro.S. The applicationof methacrylate resin and the derivation as restorative material of damaged tooth tissue, Dent J, vol 40 (4), 2007, 181-185
- Adioro S. The fractrography analysis of three dentin bonding agents on tooth surface, Dent J, vol 39 (4), 2006, 151-155
- Throwbridge HO, Kim S, Suda H. Structure and Function of the dentine and pulp complex In (Cohen S, Burns RC, Ed) Pathways of the pulp 8th Ed St Louis Mosby Inc, 2002, p. 411-447
- Nisha G and Amit G. Textbook of Operative Dentistry 1st Ed JP Medical Ltd India, 2010, p. 237-281
- Tonami K , and Ericson D. Protein profile of pepsin-digested carious and sound human dentine, Acta Odont Scand, 63, 2005, 17-20
- Bennetti ARC, Haundrup D, Honore MK, Pallesen U, Bulk-fill resin composite : Polymerization Contraction, Depth of cure and gap formation, 2015, 1-11, doi : 10.2341/13-324-L
- Chaterman J, Jowett A, Gallacher A, Nixon P. Verifiable CPD paper Bulk-fill resin based composite resin restorative, Materials: A review, Nature Publ. Group 222(5) : 337-44, doi : 10.1038/sj, bdj, 2017, 214
- Dimas PP, Billy S, Rinda Y. Perbandingan tingkat kebocoran mikro resin komposit bulk-fill dengan tehnik penumpatan oblique incremental dan bulk, Maj Kedokteran Gigi Indonesia, vol. 2 (3), 2016, 135-140
Tentang penulis
Prof Dr Adioro Soetojo , drg, MS, SpKG(K) adalah Guru Besar Ilmu Konservasi Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga.